Pencapaian Terbesar Dalam Hidup

Ini sudah hari keempat saya ikutan challenge yang diadakan Blogger Perempuan Network, dan kali ini peserta diminta menuliskan sebuah topik tentang pencapaian terbesar dalam hidup.

Lalu saya terdiam. Terus mikir, ‘emang gue pernah ngelakuin sesuatu sampai bisa disebut pencapaian ya?’.

Waktu jaman sekolah, saya nggak pernah ikutan lomba semacam cerdas cermat atau sejenisnya. Kuliah juga biasa aja. Pernah mencoba untuk apply beasiswa tapi nggak dapet. Semasa kerja juga nggak mencapai tingkat Manager. Baru ada di level rank n file malah memutuskan untuk resign.

Last big things that happened to me was get married, had a son, and stepped out of my comfort – zone job. But, could it be an achievement?

Saya berasa nulis CV saking bingungnya apa sih, sesuatu yang layak saya sebut pencapaian. Tapii, dipikir lagi, saya kan lagi nggak nyari kerja. Nggak juga bertujuan untuk bikin orang – orang melihat saya superior.

Kalau boleh dijadikan sebuah pencapaian, mungkin di bawah ini bisa dimasukkan ke dalam daftarnya :

1. Hidup sendiri di negeri orang

Masih ingat sewaktu menyerahkan visa pelajar ke petugas imigrasi saat di bandara, dia terdiam dan memperhatikan saya. Lama, sampai akhirnya dia bilang gini, “you really don’t know anyone here? Youre so brave”.

Saya cuma tersenyum. Dalam hati, ya negara kita kan tetanggaan. Kenapa pulak harus takut tinggal disini sendiri? Lalu saya takabur. Jakarta – Singapura memang dekat, tapi homesick ternyata tidak terelakkan.

Di awal tinggal di asrama, saya dipasangkan dengan teman sekamar dari Maldives yang ternyata ‘aneh’. Saban tidur, dia taruh pisau di balik bantalnya. Di asrama, terdapat larangan memasak di dalam kamar. She disobeyed the rule dan kamar jadi super bau. Apalagi, yang dia masak adalah sarden kaleng karena itu adalah masakan favoritnya. Terakhir, apapun yang saya lakukan, dia foto dan dikirim ke keluarganya. Ini saya tahu dari salah satu mahasiswa Indonesia yang pernah sekamar sama dia, dan kebetulan saya pernah mergokin dia punya foto saya.

Akhirnya, saya minta pindah kamar. Teman sekamar saya selanjutnya orang Rusia. Kelakuannya 180 derajat dari yang sebelumnya. Baik luar biasa, dan kami masih berteman sampai sekarang.

My struggling didn’t end there yet. Mengingat saya harus nulis thesis di tahun yang sama, saya harus cepat beradaptasi dengan cara belajar disana. Di tengah euforia mahasiswa yang doyan clubbing tiap malam dan mudah bayar tugas seharga $300, Tuhan dengan baiknya mempertemukan teman – teman yang baik dan mau membantu saya untuk mengerjakan thesis.

Alhamdulillah, saya lulus tepat waktu dengan grade Second Upper Honours 🙂

2. Getting Married

Pernah terjebak dalam toxic relationship selama hampir 8 tahun, hampir menikah, terlalu banyak drama, lalu tiba – tiba dipertemukan dengan seseorang yang nggak – tahu – gimana kok jalannya mulus banget kayak jalan tol baru jadi. Dan itu hanya berlangsung selama 7 bulan dari awal kenal hingga ijab kabul.

Mungkin ada yang berpikir kok kayaknya terlalu dangkal ya kalau menganggap pernikahan menjadi sebuah pencapaian. Biarin, orang itu kan nggak ngerasain gimana jadi saya.

Doakan ya, semoga pernikahan ini bertahan sampai maut memisahkan.

3. Resigned, and currently pursue my dream job

Saya cintaaaa banget sama dunia kecantikan. Secinta itu!

Tante saya, adiknya Mami, pernah bercerita kalau dulu waktu kecil saya suka banget ngegeratak alat makeup tante saya dan benda terfavoritnya adalah lipbalm. Saya ingat lipbalm itu rasanya manis dan segar karena ada aroma mint. Bukannya saya pakai ke bibir, tapi malah saya kunyah hahaha.

Waktu SMA, sebuah sesi photoshoot untuk buku tahunan mengharuskan saya untuk memakai makeup. Pergilah saya ke sebuah salon, dan hasilnya.. horror! Dari situ saya malah penasaran, nggak mungkin suatu hal yang ditujukan untuk membuat para wanita menjadi cantik malah bikin seseorang terlihat aneh. Sayangnya, dulu informasi tentang kecantikan belum seluas sekarang.

Selesai kuliah di tahun 2016, saya berkesempatan untuk belajar makeup ke seorang pesohor kecantikan. Disini saya belajar banyak walaupun belum bisa sepenuhnya bekerja di bidang ini. Ternyata, kesempatan untuk terjun menjadi pekerja lepas pun menjadi kenyataan di akhir tahun 2019.

Banyak lika – liku, terlebih lagi harus vakum hampir setengah tahun karena pandemi. Walaupun begitu, saya nggak menyerah. Kerja keras tidak pernah membohongi hasil, itu prinsip yang saya pegang. Saya percaya, semua yang saya upayakan akan saya nikmati hasilnya suatu saat.

***

Setelah menulis ini, saya langsung mengucapkan terima kasih sama diri sendiri. Terima kasih sudah mau bertahan hidup di ‘jalan yang benar’ walau kadang ada bandelnya. Terima kasih karena walaupun keras kepala, tapi kadang mau diajak duduk diam, berdialog dengan Tuhan, dan bersabar menunggu waktu yang tepat.

Semoga pencapaian itu tidak berhenti sampai sini aja. Masih banyaaak sekali hal – hal duniawi yang mau saya raih. Mengantarkan Ammar sampai dia jadi ‘orang’ dan lanjut kuliah S2 adalah contoh dari yang ingin saya capai.

Doakan keinginan tersebut di ijabah sama Allah, ya 🙂

2 thoughts on “Pencapaian Terbesar Dalam Hidup”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s