Kenangan Tentang Perbedaan

Satu minggu ini, hampir semua fokus di televisi berseliweran menayangkan berita tentang bom bunuh diri di Makassar dan Mbak Lone Wolf yang membawa senjata berkedok jihad. Sama hal nya di dunia internet dan sosial media, tiap kali ‘jalan’ pasti kebanyakan berita ini yang muncul.

Disclaimer dulu, yaa. Saya nggak pingin ngomongin tentang agama, apalagi politik. Blog saya nggak berfokus tentang isu SARA. Saya Muslim, dan saya cukup nilai – nilai agama yang selama ini diajarkan di sekolah dan di rumah. Belum ahli, tapi cukup paham lah.

Saya nggak mau nanti saya salah bicara karena nanti malah banyak yang salah paham dan jadi ramai pro dan kontra. Saya belum siap terkenal 😂

Kali ini saya cuma mau cerita betapa rindunya dulu waktu SD, saya dapet pelajaran namanya PPKn dimana mengajarkan hidup rukun, bertoleransi dan tenggang rasa ke semua ras, keyakinan, strata, etnis, dan lain – lain.

Bagi yang seangkatan saya, inget nggak sih dulu suka ada bacaan dimana misal ada 2 tokoh, Badu dan Budi. Badu adalah Muslim dan Budi adalah non – Muslim. Budi menghargai Badu yang setiap Minggu pergi ke Gereja sama hal nya Badu yang dengan hati yang tulus mengucapkan Selamat Idul Fitri kepada Budi.

Hidup rukun walau adanya perbedaan satu sama lain itu masih saya terapkan sampai sekarang. Sahabat – sahabat saya banyak yang memeluk keyakinan yang berbeda dengan saya. Sampai sekarang kami masih berteman dan kenangan dengan mereka yang paaaling membekas adalah ketika kami semua ada di masa – masa kuliah.

Saya melanjutkan kuliah ke Singapura di tahun 2016. Dari awal, saya adalah satu – satunya lulusan Pariwisata UI yang melanjutkan studi ke kampus ini. Jadi ya udah, ketika sampai saya nggak kenal siapa – siapa.

Di hari pertama, saya beruntung karena saya bertemu seorang teman yang juga berasal dari Indonesia. Kami langsung akrab dan nyambung. Alhamdulillah akhirnya saya punya satu teman dalam kurun waktu yang cepat.

Sekitar 2 minggu kemudian, komunitas pelajar Indonesia di kampus mengadakan gathering atau pertemuan tahunan untuk Mahasiswa – Mahasiswi Indonesia. Saya datang dan betapa senangnya saya yang akhirnya ketemu teman sekampung.

Anyway, untuk sekedar gambaran, keadaan di kampus atau sekolah disini hampir mirip dengan yang digambarkan di film – film yang biasa kita tonton; kebanyakan siswa di sekolah ini hidup berkelompok. Russian students party every night. Chinese one won’t use english at all and carry branded shopping bag after came back from shopping mall. Jangan coba – coba sekelompok belajar sama mereka karena mereka nggak akan pernah bantu ngerjain tugas. No wonder most of them dropped out di tengah jalan. Korean mostly smart and they won’t help us study.

Eh eh, tapi nggak artinya kita nggak temenan sama sekali loh sama mereka. Mereka tetap baik dan kadang suka main bareng juga kok. Tapi yaaah, kayak kita semua aja, kalau ketemu sama ‘teman sekampung tanah air’ pasti senang dan mengurangi rasa homesick.

Balik lagi ke cerita pertemanan saya, jadi setelah proses seleksi alam, selama kuliah ini saya akrab sama sekumpulan orang – orang ini.

Dari foto diatas, yang muslim cuma 2 orang termasuk saya. Lainnya memeluk keyakinan yang berbeda – beda, ada yang memeluk agama Kristen, Katholik, Konghucu, dan Buddha.

Foto tersebut diambil ketika kami semua mengadakan staycation di sebuah villa di Sentosa Island. Saat itu sedang bulan Ramadhan, tapi teman – teman saya semua menghargai saya dan teman Muslim saya yang sedang menjalankan ibadah puasa. Sehingga, mereka memutuskan untuk mulai barbecue night setelah adzan Maghrib.

Mereka nggak marah atau mengeluh lapar. Tidak juga malah menyuruh kami membatalkan puasa. Malahan, dengan baiknya mereka memberikan surprise untuk saya karena beberapa minggu yang lalu saya berulang tahun.

Kebaikan tersebut nggak cuma terjadi di satu hari saja. Pernah saya sakit dan mereka merawat saya dengan membelikan saya makan dan menyiapkan obat sementara saya lemas dan harus beristirahat. Sementara di awal – awal masa kuliah, saya punya teman sekamar sesama muslim asal Maldives yang ketika saya sakit malah sibuk telfonan dengan suara keras dan menghidupkan AC plus kipas angin sekencang – kencangnya.

Dari semua itu, kenangan yang paaaling berkesan dan sampai sekarang membuat saya haru adalah saat Idul Fitri. Kebetulan saya nggak pulang ke Jakarta karena keesokan harinya saya ada kuliah. Teman – teman saya ini semuanya memutuskan untuk mengantarkan saya berlebaran di Kantor Kedutaan Indonesia karena disana disediakan menu lebaran seperti ketupat, rendang, dan opor gratis. Padahal, yang mengantarkan ini tidak ada satupun yang merayakan Idul Fitri. Tapi mereka sukarela bangun pagi – pagi hanya untuk membuat saya yang seorang diri ini berbahagia di hari raya.

Di hari itu juga salahh satu teman saya, yang saat itu sudah lulus kuliah dan tinggal di Batam, jauh – jauh nyebrang naik kapal juga ikutan mengantar saya ke Kedutaan. Apa nggak tiba – tiba rasanya mata saya tuh kayak kena irisan bawang 😭

Ada 3 orang lagi yang menemani saya, sayangnya tidak ikut foto karena sedang asyik rebutan lontong opor 😂

Waktu saya mau menikah, saya mengundang mereka semua. Kami tinggal di kota yang berbeda – beda, sehingga saya bilang saya nggak mengharuskan datang ke Jakarta. Nggak disangka ternyata semuanya malah datang. Jauh – jauh ada yang dari Batam, Pekanbaru, Bandung, dan bahkan salah satunya saat itu sedang melanjutkan studinya di Shanghai, dan saya malah dikasih surprise lagi berupa bridal shower atau pesta melepas lajang.

Sampai saat ini kami semua masih berteman dan tahu kabar masing – masing. Waktu saya akhirnya memutuskan untuk berhijab pun kami masih sempat jalan bareng. Ketika bertemu tidak ada satupun teman saya yang merasa malu atau takut bertemu saya. Semua menghargai keputusan saya untuk menjalankan salah satu kewajiban seorang muslimah.

Maka itu, menurut saya nggak punya alasan untuk jahat atau benci dengan orang – orang yang beda keyakinan. Lha wong mereka semua saja memperlakukan saya layaknya saudara mereka sendiri, mereka menyayangi saya tanpa memandang status sosial, finansial, bahkan yang utama dari segi keyakinan.

Saya masih jauh dari pintar soal keagamaan. Masih banyak hal – hal yang harus saya pelajari lagi. Namun dari yang saya tahu selama ini, Islam itu indah. Islam itu toleransi. Islam memang agama terakhir yang turun ke bumi dan menurut kitab suci Alqur’an adalah agama yang sempurna. Namun, bukan artinya kita berhak untuk membenci dan menghakimi yang berbeda. Kita nggak punya hak untuk membunuh sesama manusia dengan cara apapun.

Semoga, dua kejadian kemarin adalah yang terakhir. Saya berharap sekali kita hidup rukun saling menghargai semua dari kita yang sama – sama bangsa Indonesia. Sedih banget lihatnya kalau sulit bagi kita untuk damai dan tidak mengatasnamakan agama terus :”(

2 thoughts on “Kenangan Tentang Perbedaan”

  1. Wahh keren banget sama pertemanannya, gak pada hilang dengan urusannya masing-masing. Tips-tipsnya dong bagaimana bisa mempertahankan pertemanan dari awal kenal sampai akrab banget kayak gini. Kadang makin bertambah usia pertemanan makin dikit, dan mulai mengurangi orang-orang yang toxic.. Soal mengurangi itu bagus gak sih hha..

    Like

  2. Aku juga bingung dimana” isinya berdebatan aja bikin males denger/baca, alhasil aku lebih memilih ga ingin tahu, karna aku lebih suka saling mengerti antar perbedaan yang ada hehe

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s