2020 in Recap

Sudah di penghujung tahun 2020, rasanya (dan kenyataannya) nggak banyak yang saya lakukan dan saya capai. Seperti quotes – quotes yang berseliweran di sosial media, tahun ini memang bukan untuk mencapai resolusi dan berbagai keinginan. Tahun ini adalah dimana kita mensyukuri apa yang kita punya.

Tidak banyak yang dilakukan bukan berarti nggak ada sama sekali. Ada banyak hal yang mau saya abadikan di blog ini supaya nanti di tahun – tahun berikutnya bisa saya baca lagi.

So. what happened in 2020?

Dua bulan pertama, kita semua masih merasakan kebebasan untuk beraktivitas di luar. Saya sekeluarga masih sempat roadtrip ke Jogja. Jalan – jalan sekaligus menengok ibu mertua.

Naik becak ke Pasar Beringharjo

Kalau diingat – ingat rasanya menyenangkan sekali bisa berada di kerumunan Pasar Beringharjo, naik becak sambil menghirup udara pagi, dan bebas sarapan dan berenang bersama tamu – tamu hotel yang lain tanpa harus merasa insecure akan tertular virus yang tidak terlihat.

Di bulan berikutnya pun Ammar masih sempat merasakan pertama kalinya berkumpul dengan teman – temannya di sekolah. Bukan sekolah formal, hanya kegiatan yang berlangsung selama 2 jam dan isinya banyak bernyanyi dan main – main.

Ammar sengaja saya ajak sekolah karena kala itu belum bisa berjalan sendiri. Siapa tahu dengan bertemu banyak teman seumuran bisa bikin Ammar termotivasi.

Ternyata saya benar, setelah saya ajak sekolah banyak sekali kemajuan. Lebih bawel dan banyak kosakata yang diucapkan. Rasa percaya dirinya untuk mau berjalan pun lebih tinggi. Tadinya cuma mau jalan merambat eh setelahnya malah jadi lebih sering pelan – pelan nyoba selangkah dua langkah.

Di bulan Maret, semuanya menjadi seperti buram. Setelah diberitakannya pasien pertama yang terjangkit Covid 19, pemerintah resmi mengumumkan PSBB.

Adit yang bekerja di sektor pariwisata, which is merupakan industri yang paling kolaps di masa pandemi ini otomatis harus rela pemasukannya dipotong setengah sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Saya yang juga hanya pekerja lepas otomatis tidak punya pekerjaan sama sekali karena dilarang keras untuk mengadakan acara dengan kerumunan orang seperti pernikahan.

Uang klien beberapa ada yang akhirnya saya kembalikan. Sempat stress juga tapi hikmahnya saya jadi sadar tujuan awal saya. Saya resign tahun lalu tujuannya untuk mengurus Ammar, tapi ternyata selama ini setelah resign saya malah sibuk sendiri dan lupa sama tujuan saya. Akhirnya kondisi ini mengilhami saya menulis postingan berjudul ‘Stay at Home Mom’.

Pandemi ternyata membuka dan memaksa kita semua untuk melihat dari sisi lain. Termasuk saya, di masa seperti ini Adit dan saya memutuskan untuk menjual makanan.

Saya nggak pernah terpikir untuk berjualan karena pada dasarnya saya merasa nggak pernah punya skill berdagang. Dulu, saya sering banget menolak ajakan Ibu saya untuk meneruskan jejaknya untuk mengurus usaha yang dia rintis dari jaman saya sekolah. Alasannya ya itu, nggak passion atau nggak bakat. Klise ya hahaha. Siapa sangka ternyata berjualan makanan malah menjadi side hustle yang lumayan untuk kami.

Tahun ini juga saya nggak bisa merayakan idul fitri bertemu dengan keluarga besar. 2016 lalu, saya juga berlebaran sendirian dengan alasan nggak mungkin balik Jakarta karena besoknya ada kelas. Males amat buang – buang uang tiket PP Jakarta – Singapore. Sorry ya, kita bukan anak konglomerat.

Kali ini, alasannya karena rasa sayang. Lebih baik nggak usah ketemu daripada nanti tertular kalau amit – amit kita adalah carrier si virus ini. Lebih baik mengunci diri di rumah daripada malah terkunci di rumah sakit bersama ribuan orang asing.

Bulan Juli, akhirnya PSBB dilonggarkan. Sudah bisa jalan – jalan keluar rumah meski tetap dengan masker dan sering cuci tangan. Sudah bisa ke Bandung bertemu dengan Papi dan Mami walau sampai sana tradisinya berubah. Yang tadinya datang harus mencium tangan, sekarang datang harus langsung ngibrit ke kamar mandi untuk mandi dan semprat – semprot barang – barang yang menempel di tubuh kita dengan cairan disinfektan.

Di tahun 2020 ini saya akhirnya mulai aktif menulis lagi. Berfikir bagaimana caranya supaya traffic di blog saya lebih oke daripada blog saya yang dulu. Ketemulah dengan komunitas – komunitas blogger. Mulai main dan menclak – menclok lagi buat blogwalking. Mencari inspirasi untuk tulisan yang bisa saya bagikan.

Ternyata blog amatir ini punya daya tarik. Alhamdulillah pernah dapat produk sponsor yang minta untuk direview. Pernah juga mendapat bayaran. Nggak banyak, tapi cukup lah untuk jajan kopi literan. Alhamdulillah juga pernah ikut lomba menulis walaupun semuanya nggak menang :’D

Mulai Agustus, ada beberapa pekerjaan sebagai perias lagi yang saya tangani. Walaupun di masa pandemi ini rada ngeri – ngeri sedep yaa untuk merias, daan lumayan juga ada modal tambahan seperti sekarang mesti punya sterilizer dan APD. Ha, ngerias pake APD banget, Sis? Iya better safe than sorry. Bodo amat deh dibilang lebay. Kata G*jek kan juga ‘Its Okay to be Lebay’, kan? lol.

Mendekati penghujung tahun, tiba – tiba keluarga kami mendapat kabar tidak enak; Adit got lay off from his company. Ternyata tidak cukup baik nasib perusahaan tersebut sehingga terpaksa untuk menghentikan kontrak kerja beberapa karyawannya, termasuk Adit

Saya nggak bisa cerita detailnya karena bukan pengalaman saya. Adit pun cuma bilang ke saya begini “Nggak apa, mungkin aku sudah terlalu lama ada di zona nyaman jadi harus dapet ujian kayak gini supaya naik kelas lebih tinggi lagi”.

Sedih, tapi yang bikin saya nangis bukan karena Adit nggak punya pekerjaan lagi. Melainkan di hari terakhir bekerja, Adit peluk saya dan bilang “Maafin aku, ya. Aku janji kamu dan Ammar nggak akan merasa kekurangan apapun”. Auto mewek dong saya ๐Ÿ˜ฆ

Ajaibnya, semenjak itu kami malah kebanjiran order dari usaha makanan yang kami tekuni. Setiap hari, bahkan kami sampai kewalahan sendiri kadang. Ternyata Tuhan baik sekali sama saya sampai kami nggak dibiarkan untuk merasa ketakutan kalau – kalau besok nggak bisa makan lagi.

Sampai akhirnya, dua minggu kemudian ada DM random yang masuk ke Instagram Adit menanyakan apakah Adit bisa dihubungi via telepon atau nggak. Nggak disangka orang itu malah menawarkan untuk sesi interview.

Nggak sampai dua minggu, setelah melewati proses interview dan hierarki perekrutan, Adit akhirnya diterima bekerja dengan pendapatan yang lebih daripada perusahaan sebelumnya. Nggak bisa diungkapkan betapa terharunya saya karena dibalik kejadian tidak mengenakkan sebelumnya ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil.

Pertama memang manusia kodratnya tidak boleh lupa sama sang Pencipta. Kedua, ujian itu bukan untuk menyusahkan, tapi untuk menguatkan. Berkali – kali dijelaskan bahwa Tuhan tidak pernah memberikan ujian yang melebihi kemampuan umatnya, bukan?

***

Tahun 2020 menguatkan niat saya untuk lebih sering lagi bersyukur. Kalau sedang marah atau sedih, it’s okay untuk nangis atau merasa kecewa. Asal jangan pernah melampiaskan ke orang yang nggak tahu apa – apa, apalagi sama anak! Setelah merasa cukup untuk bersedih, ya mulai lagi fokus untuk cari silver linings dari semua permasalahan tersebut.

Kalau teman – teman, gimana tahun 2020 versi kalian?

10 thoughts on “2020 in Recap”

  1. Mbaaa bacanya ikutan terharu. Mba sekeluarga keren banget karena udah bisa tetep berdiri dan bangkit malahan. Karena emang disetiap kejadian itu pasti ada hikmahnya. Selamat ya Mba sudah berhasil melalui tahun 2020 yang memang berat buat semua orang ini dengan baik dan selalu bersyukur ๐Ÿ˜Š

    Aku pribadi alhamdulillah bisa bertahan di 2020 meskipun sedihnya gak bisa bertemu keluarga dan harus jauh sendirian di rantauan. Yang lebih sedih lagi itu karena jatah libur yg bener2 gak ada di tahun ini, rasanya aku lupa kapan bisa tenang tanpa ada panggilan kerjaan… karena yah kantorku tidak wfh full alias ya masih kerja terus di kantor. Semoga 2021 semuanya perlahan menjadi normal ya Mba ๐Ÿฅฒ bukan sekedar “new normal” ๐Ÿ˜‡

    Like

  2. 2020 memang tahun bertahan ya bund hehe yang penting bisa bertahan dan kuat, semoga aja di 2021 nanti dah normal lagi jadi aktifitas bisa berjalan seperti biasa bukan seperti sekarang ๐Ÿ˜€

    Like

  3. Hi mbak Ayu, salam kenal ๐Ÿ™‚
    Tahun 2020 memang tahun yang penuh dengan pelajaran ya mbak :”)
    Semangat untuk mbak Ayu dan keluarga ya.. sebentar lagi 2021, we can get thru this!
    Aku jadi ikut seneng setelah membaca tulisan mbak ini, yang termotivasi untuk terus berusaha gara-gara pandemi covid ini. Sending you good vibes on your way mbak โค

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s