Never Believe in Anybody

Picture courtesy of Unsplash

Halo! I finally encourage myself to write again.

Sepuluh hari ini saya melakukan kegiatan lain selain nulis dan blogwalking. Well, semoga kegiatan yang terlihat bermalas – malasan seperti nonton film dan tv series juga membaca buku sambil ongkang – ongkang kaki bisa disebut bermanfaat yaa.

Selain itu, setelah tulisan terakhir saya di blog ini, saya merasa kesal terhadap suatu pihak. Kecewa, dan ya sebel aja. Saya emang udah niat cerita di blog tentang kejadian ini tapi sengaja menunggu sampai hati agak adem disertai kepala yang dingin sehingga tidak emosi – emosi amat.

Setiap kali sebuah artikel naik tayang di blog ini, saya nggak lupa untuk mempromosikan tulisan tersebut di berbagai komunitas dan media sosial. Ternyata, membagikan tulisan tersebut berbuah saya di DM oleh sebuah pihak lewat media Twitter di Bulan Agustus.

Pihak ini adalah Urban Women, sebuah LSM berbasis website yang mengangkat seputar isu yang sering dialami wanita yang hidup di perkotaan. Mereka menawari saya untuk menulis di website mereka. Jelas saya senang sekali dong, wow gila baru aktif lagi dan agak serius jalanin blog gue udah dilirik lho, pikir saya saat itu.

Setiap bulan mereka menentukan tema untuk diangkat. Saat mereka menghubungi itu, Agustus sudah berjalan setengah bulan dan saya berusaha untuk menyelesaikan tulisan di bulan itu. By the way, sebelum menulis saya cek dulu isi website mereka dan mostly isinya tips atau semacam kisah hidup. Yowis, saya pilih tulisan saya formatnya semacam tips and trick gitu buat menyesuaikan. Saya kirim deh tuh tulisan 2 days before August’s end.

Unfortunately, they informed me few hours later dan mereka bilang format tulisan saya salah. The want an article yang memuat kisah kehidupan gitu. Sebuah pengalaman yang katanya menginspirasi. Well, karena udah akhir Agustus dan waktu itu saya lagi nyiapin project ‘One Day One Post‘ di blog sendiri, saya tinggalin lah tawaran itu. Toh dari awal mereka bilang tidak ada keterikatan yang mana saya nggak dibayar juga.

Di bulan September, saya di kontak lagi sama Urban Women diminta untuk menulis. Saya bilang i’d love to but sadly it was hard to manage my time karena dapet project untuk ikut lomba juga dari sebuah brand yang mana saat itu saya udah sign kontrak buat nyelesaiin dalam beberapa hari ke depan.

Tahu nggak, saking maksanya mereka sampai nawarin untuk nulisin pengalaman hidup saya. Katanya saya tinggal ngebacot aja di voice note asal mereka ada bahan untuk ditulis. Saya nggak mau, dong. Saya mau tulisan itu asli ditulis dari sumbernya.

Bulan itu temanya adalah Forgive The Past. Sejujurnya saya tuh tipikal yang cepat melupakan kalau ada sesuatu yang bikin marah. Tapi, ada satu kejadian waktu saya duduk di bangku sekolah yang nggak bisa saya lupakan dan butuh waktu lamaaa sekali untuk bangkit dan memaafkan.

Kejadiannya maaf saya nggak bisa bilang tapi intinya berkaitan dengan bullying. Separah apa? Mungkin kalau kejadiannya di era sosial media begini bisa lah saya sampai didatangin Atta Halilintar 😝.

Saya nggak pernah bilang kejadian ini secara gamang ke sembarang orang. Adit pun tau baru belakangan ini.

Saya mikir lagi, yaudah lah saya putuskan untuk cerita aja. Toh visi mereka kan berjalan bersama perempuan supaya semua perempuan nggak merasa sendiri. Pikir lagi mungkin ada baiknya terbuka, siapa tahu ada yang pernah mengalami sama kayak saya.

Saya cerita dan saya buat artikelnya. Malam itu juga direspon sangat antusias sama mereka dan langsung beberapa di revisi secara bahasa sama editornya. Saya baca ulang dan saya setuju. Lalu setelahnya mereka bahkan mengiming – imingi saya untuk jadi nominasi narasumber untuk komunitas mereka. Saya oke – oke saja.

Seminggu nggak ada kabar, saya akhirnya kontak mereka. Menanyakan kapan artikel saya dimuat. Awalnya mereka minta tunggu. Mereka juga mengabarkan kalau saya nggak terpilih untuk jadi narsum. Yowis, nggak apa – apa ya santuy aja.

Beberapa hari kemudian saya hubungi mereka lagi dengan pertanyaan yang sama, dan jawaban mereka begini

Saya merasa kecewa dengan jawaban mereka saat itu. Gampang sekali buat mereka, rasanya setelah saya didesak sampai diminta meninggalkan voice note aja nggak apa lalu dengan enteng mereka bilang ‘terima kasih sudah menyempatkan untuk berbagi cerita’.

Silahkan bilang saya lebay, silahkan bilang baper. Nggak apa. Sayangnya, kalian nggak pernah ada di posisi saya.

Pengalaman hidup yang saya ceritakan ke mereka itu adalah pengalaman TERPAHIT yang pernah saya alami. Cerita tersebut benar – benar sebuah mimpi buruk buat saya. Di masa kejadian itu, saya benci sekali tidur karena akan bermimpi aneh. Bangun pun makin menderita karena apa yang saya mimpikan itu ternyata paginya berubah menjadi kenyataan. Keluar rumah dan rutinitas sekolah menjadi sebuah siksaan.

Berkali – kali saya harus konsultasi pada Psikolog dari satu ke yang lainnya agar saya bisa sembuh dari trauma. Kejadian tersebut merubah saya menjadi penyendiri saking saya sulit sekali untuk percaya dengan orang.

Lalu, setelah mengumpulkan keberanian untuk speak ke orang asing, tiba – tiba dengan mudah mereka hanya bisa bilang ‘terima kasih sudah menyempatkan cerita’. Rasanya kayak disuruh curcol terus yaudah dilepeh aja curhatan saya.

Dari awal pun mereka nggak bilang kalau artikel saya itu harus melalu proses persetujuan atau nggak. Mereka kan menawarkan sampai maksa buat nulisin segala. Ya kalau kayak gitu logikanya 100% akan dimuat dong tulisan saya.

Menemani wanita agar tidak sendirian yang mana?!

Pelajaran juga buat saya terutama; jangan pernah cerita sama orang asing! Ternyata sampai sekian tahun pun manusia masih nggak bisa dipercaya. Bahkan, makin banyak orang yang awalnya menawarkan untuk ‘menggandeng tangan’ eh ujungnya malah ‘nusuk’ kita terang – terangan.

20 thoughts on “Never Believe in Anybody”

  1. Ampun ya.. Bikin kesel. Ngejar-ngejar maksa eh tapi kayak gitu. Sebenernya niat dari awalnya juga udah keliatan sih kak. Tapi mungkin karena memang kita seneng ya dapet tawaran begitu.

    Semoga jadi pelajaran ke depannya ya kak Ayu. Dan dapat penggantinya yg lebih keren dan baik hati, hehe.. *hughug

    Like

    1. Hahaha, pertama kalinya ditawarin. Udah geer duluan dan lupa untuk tanya secara detail. Iya betul mba, dijadikan pelajaran dan seperti yang saya bilang ke mereka, semoga nggak ada lagi orang yang gampang terkecoh seperti saya *hug back*

      Like

  2. Kak Ayu, I’m sorry to hear that 😦
    Peluk virtual untuk Kak Ayu 🤗 dan terima kasih juga udah mau sharing masalah ini. Kami sebagai pembaca jadi dapat insight baru agar lebih hati-hati dalam menerima project kerja.
    Kak Ayu, keep strong!!

    Like

  3. Hai mbaa, ikut prihatin denger ceritanya yaa :(. Aku lgs cari IG nya juga td, tapi setelah baca pengalamanmu , beneran ga tertarik untuk add yg begini. Caranya ga enak banget memang. Jd pelajaran juga utk kita semua, supaya ga terlalu percaya Ama komunitas begitu.

    Like

  4. Halo Mba Ayu, salam kenal.

    Sebelumnya maaf kalau tahu Mba pernah dalam posisi tersulit. Tapi makasih Mba sudah mau berbagi juga ke kami. Setuju sama kata-kata Lia, kalau tulisan Mba bisa jadi insight buat kami.

    Kejujuran Mba tentang kondisi ini ga mudah, tapi Mba malah mau berbagi. Tetap semangat yaa Mba 🤗

    Like

  5. Ya ampuuun, Mbak.
    Gondok banget ya rasanya.
    Katakanlah Mbak tidak membuka hati untuk menceritakan trauma masa lalu itu, waktu yang Mbak habiskan untuk menulis juga gak sedikit kan ya.
    Semoga ada silver lining in you favor, entah dalam bentuk apapun itu. Wish you a happy day.

    Like

  6. Waaah, nggak enak banget pastinya ☹️ Semangat mba, semoga next time bisa ketemu partner yang lebih oke dan tentunya bisa menghargai karya mba. Dari tulisan mba ini, pembaca bisa lebih selektif lagi dalam memilih tawaran. Semoga nggak jadi kapok berbagi cerita ya, mba 😍💕

    Like

  7. Mbak Ayu, sorry to hear that. Mungkin rasanya sedih dan sakit banget. Jadi auto nyari deh website-nya. Ketemu, dan nggak nyangka. Mbak, jangan kapok-kapok bagi cerita ya. Mungkin di luar sana, masih ada orang yang masih bisa dipercaya, beneran mbak.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s