
Terinspirasi dari obrolan dengan klien terakhir saya yang bercerita soal beberapa teman – temannya yang sudah menjanda atau menjadi duda, padahal usia pernikahannya masih seumur jagung. Alasan berpisahnya klise lah ya, tidak ada kecocokan lagi.
Aneh, ya. Padahal dulu mungkin merasa pasangan kita adalah ‘the one and only‘ sampai akhirnya ngotot dan bilang ‘pokoknya harus nikah tahun ini juga’, yang mana di balik rasa yakin yang fana itu terbersit rasa takut karena sudah masuk ke usia menikah (dan malas ditanya saudara saudara ‘kapan nikah?’) dan takut sampai tua tidak menemukan orang yang tepat.
Untuk yang sudah menikah dan mengalami hal yang sama. Deepest condolences for you. Nasi sudah menjadi bubur, Sis. Tapi bubur enak, kok. Tambahin aja ayam suwir, kuah kuning, kwetiaw, kecap manis, dan kerupuk. Buat yang belum menikah, mungkin bisa mempertimbangkan hal – hal di bawah ini.
- Masih suka mencari – cari
Punya pacar tapi masih suka main Tinder. Bilangnya sudah mantap sama si A tapi kok kadang suka bilang ‘kayaknya gue nggak yakin sama dia’.
Kalau merasa nggak yakin dan masih mencari orang lain, mungkin sudah saatnya kamu merelakan. Jangan dipaksakan hanya karena merasa sudah pacaran bertahun – tahun.
2. Tidak akur dengan calon mertua
Menikah itu bukan hanya dengan satu orang, tapi dengan seluruh keluarganya. Orang tua pasangan ya orang tua kita juga. Bersikap nggak sopan sama mereka jelas bakal jadi dosa besar untuk kita.
Maka itu kalau dari awal nggak sreg sama orang tuanya mending bubar aja lah, daripada nanti seumur hidup makan hati terus ujungnya malah sakit liver dan mati cepat. Atau beneran numpuk dosa karena sepanjang pernikahan isinya gibahin mertua.
3. Tertutup dengan Masalah Finansial
Sudah mantap mau ke jenjang pernikahan berarti sudah harus buka – bukaan dengan keuangan masing – masing. Jabarkan penghasilan masing – masing lalu putuskan siapa yang akan mengatur keuangan rumah tangga nantinya.
4. Pasangan menunjukkan tanda – tanda kekerasan
Ya kalau ini sudah pasti auto tinggalin dong.
Kekerasan bukan hanya secara fisik, tapi secara verbal juga. Contohnya ada kan, yang pasangannya suka mengeluarkan isi kebun binatang sesuka hati dari mulutnya tapi menganggap itu hal biasa karena merasa ‘gue juga suka gitu, kok’.
Atau ada juga yang suka berkomentar negatif tentang makeup yang terlalu tebal atau menertawakan bentuk fisik. Serius itu nggak lucu sama sekali lho. Belum nikah aja sudah begitu, gimana kalau sudah nikah.
5. Kamu bukan prioritasnya
Maksudnya gini. Si pasangan lebih mementingkan sahabatnya daripada kamu untuk hal – hal yang nggak penting.
Supaya nggak blunder, tak kasih contoh. Saya pernah ngalamin soalnya hahaha. Waktu lagi nge-date, ditengah – tengah acara ada yang nelpon pasangan. Katanya sih sahabatnya (tapi ini cewek). Nelponnya sambil nangis histeris. Akhirnya teman nge-date saya khawatir dan izin lebih pilih sohibnya.
Terus saya? Ditinggalin dan pulang sendiri naik ojol. Sejam kemudian dia WhatsApp saya buat nanya kabar dan ngasih info kalau temannya ini cuma bete karena pengen ke bar. Fyi, si cowok ini sempat mention ke saya kalau dia pengen punya hubungan serius sama saya.
Ciyus? Mi apa?
***
Buat saya, menikah itu sekali untuk seumur hidup dengan orang yang sama. Yang mana, orang itu baru kita kenal setelah usia dewasa ini.
Menurut salah satu postingan di parentalk.id, menikah itu akan melewati 5 fase mulai dari fase cinta – cintaan, fase hampir goyah, dan akhirnya nanti ada di tahap menerima satu sama lain. Untuk melewati kelima fase ini biasanya butuh bertahun – tahun hidup bersama.
Salah satu teman pernah bilang, lima tahun pertama pernikahan tuh cuma proses perkenalan. Belum ada apa – apanya. Jadi, buat yang kepingin nikah sebagai jalan keluar supaya punya kebebasan untuk keluar dari rumah, yuk pikir – pikir lagi.
Bagi seorang yang sudah menikah seperti saya ternyata menikah itu sebuah ujian ketahanan dan kesabaran juga mba, banyak kebiasaan dan sifat yang kadang bersebelahan. Tapi yang bikin saya bertahan akhirnya karena suami termasuk tipe setia dan mau bersama-sama berubah lebih baik mba, Alhamdulillah
LikeLike
Hai Mba Sari.
Betul, menikah = toleransi. Sama – sama punya kekurangan tapi sama – sama usaha untuk bertahan & jadi lebih baik lagi.
Disini saya cuma courage bagi yang masih ragu dan tanda – tanda yang saya berikan ini berdasarkan orang – orang yang pernah curhat ke saya, lalu menikah, ujungnya bercerai/sedang proses perceraian.
LikeLike
Saya menikah usia 24 tahun, meskioun ada kerikil-kerikil tapi tidak begitu tajam. Pastinya ada kekurangan suami yang kadang harus kita maklumi, misalnya di kamar mandi lama, kentut sembarangan. Meskipun tidak bergelimang harta fan hidup alhamdulillah cukup saya tidak menyesal dan semoga bersama sampai aki -nini. Karena menikah mengurus anak dan keluarga saya anggap ibadah. Yuk menikah eh….hehehe
LikeLike
Aku telat baca postingan mu ini mba :D.pernikahan pertamaku gagal Krn banyak faktor. Tp beberapa poin yg kamu jelasin udah kliatan yang mana seharusnya aku aware dan ga melanjutkan nikah :). Ketebak deh hasilnya. Hanya 2 thn, dan akhirnya kita putusin cerai.
Syukur kemudian aku ketemu dengan pak suami yg skr. Tp seandainya bisa delete waktu, aku pengen menghapus kesalahan pertamaa itu -_-
LikeLike
So sorry to hear that, Mba Fanny 😦 tapi aku senang sekarang ceritamu berakhir bahagia. Let the past in the past ya, Mba *peluk virtual*
LikeLike
Kadang red flag nya udah ada, ga nyaman nya udah kerasa, konflik nya udah bikin stress, tapi semua ditepis seringkali karena ga percaya diri bakal ada yg mau, malu sama tetangga, kasian sama ortu, atau malah berandai-andai setelah menikah pasangan pasti berubah.
Setuju banget sama yg 5 tahun itu, pengalaman saya butuh 5 tahun untuk sampai tahap menerima dan bisa sejalan seiya sekata sama pasangan. Makanya kami married setelah 5 tahun pacaran lalu punya anak juga setelah 5 tahun menikah.
LikeLike
Halo mba Sissy,
Iya, semua itu (biasanya) ditambah dengan alasan sudah lama pacaran atau pertama kali ‘melakukan’ dengan si doi. Well..
Wow Mba Sissy hebat, selamat melewati 5 tahun Mba 🙂
LikeLike
[…] Baca Selengkapnya […]
LikeLike
ya, memang perlu banyak perjuangan dan saling memahami satu sama yang lain. 30 tahun sudah aku menjalani ini, sekarang tinggal menikmatinya
LikeLike
Hi Mba. Aku baca ini tadi pagi pas abis bangun, terus sempet kucek – kucek mata gitu ini beneran 30 taun nggak sih tulisannya? Hehehe
Waw apa rasanya mba menikah 30 tahun dgn org yg sama?
LikeLike