Premature Story #3; Perkembangan Awal Bayi dan Cerita Baby Blues

bayi prematur

Selamat datang di postingan premature story bagian ketiga. super nggak nyangka kalau saya masih konsisten untuk melanjutkan satu cerita bersambung ini. Di part ketiga ini akan bercerita tentang perkembangan Ammar di tiga bulan pertama dan saya yang sempat mengalami baby blues.

Ammar pulang ke rumah tanggal 27 Desember 2018. Sebetulnya waktu itu dokter ragu untuk memulangkan Ammar karena bilirubinnya masih tergolong tinggi, padahal pagi harinya waktu saya hubungi rumah sakit menanyakan kondisi Ammar mereka dengan pedenya bilang Ammar bisa pulang hari itu juga. Jujur saya dan Adit juga bingung karena tagihan rumah sakit sudah jauh daripada ekspektasi kita. Mau tinggal sehari lagi seperti anjuran dokter rasanya berat karena uang di tabungan juga sudah tipis tapi kalau pulang pun agak riskan takut Ammar kenapa – kenapa.

Bingung. Ada momen kami sempat terduduk untuk beberapa saat memikirkan mana yang harus kami pilih.

“Yaudah, kita bawa pulang aja. Bismillah”

Akhirnya itu pilihan yang kami ambil walaupun ada rasa takut yang besar dibaliknya. Kami menghadap dokter anak lagi dan dengan tegas menyampaikan pilihan tersebut. Dengan berat hati dokter mengiyakan lalu menyebutkan satu persatu kondisi apa saja yang mengharuskan saya untuk segera datang ke rumah sakit, salah satunya jika suhu tubuh Ammar melonjak diatas 39 derajat. Dokter juga mewanti – wanti untuk tidak memandikan Ammar sampai beratnya 3,5 kilogram.

Setelahnya kami sibuk bolak – balik ruang bayi – ruang dokter – administrasi untuk mengurus syarat – syarat dan keperluan Ammar pulang ke rumah. Oh ya, biasanya bayi itu setelah lahir kan beberapa ada yang berat badannya menyusut, Alhamdulillah Ammar malah naik walaupun cuma 100 gram.

AMMAR UMUR 1 – 3 BULAN

Waktu Ammar masih di rumah sakit dan saya pulang duluan, tiap momen tengah malam saya pumping saya suka keinget Ammar. Suka nangis diam – diam supaya Adit nggak dengar karena rasanya pengen sekali meluk kapanpun saya mau. Saya juga suka iri kalau ada teman yang mengeluh putingnya nyeri karena digigitin anaknya karena saya cuma pernah sekali merasakan momen anak saya menyusu langsung, itupun cuma sebentar.

Dan akhirnya saya mengalami semua kejadian yang saya impikan tersebut. Ternyata… berat Sis, kayak rindunya Milea ke Dilan.

Ammar itu tipikal yang pintar nyusu, saya nggak perlu susah – susah bangunin tiap dua jam karena kadang tiap sejam sekali pun dia sudah teriak – teriak minta jatah nenen. Pas pumping saya suka ngerasa haus, giliran sudah menyusu langsung tenggorokan saya sering terasa kering banget! Karena setiap satu jam sekali dia nenen itu saya akhirnya nggak punya kehidupan, cuma goleran di kasur nunggu alarm dari Ammar – netein – main hape – tidur – makan – mandi nggak sampe dua menit – repeat.

Di hari ketiga Ammar pulang ke rumah, dokter sudah menjadwalkan Ammar untuk check – up lanjutan di rumah sakit. Kami diminta untuk ambil darah ulang untuk mengecek kandungan bilirubin, CT-Scan kepala untuk mengecek apakah ada cairan di otak atau tidak, dan USG jantung untuk pemeriksaan adanya kebocoran jantung atau tidak.

Seperti yang saya pernah tulis di postingan sebelumnya (yang baru pertama kali jalan – jalan di blog saya boleh cek disini : Premature Story #2: ) anak prematur sampai usia 24 bulan perhitungan umurnya masih menggunakan umur koreksi. Walaupun Ammar umurnya sudah dua minggu, tapi dianggapnya belum lahir. Ammar lahir di minggu ke – 34, jadi di usia 6 minggu setelah lahir, kemampuannya dan perkembangannya disamakan dengan bayi berusia 1 hari.

Anak prematur juga tidak disarankan untuk tidur sendirian di baby crib karena mereka masih merasa berada di dalam perut ibunya, sehingga waktu itu Ammar disarankan tidur di tengah Papa – Mamanya dengan suhu ruangan yang agak hangat. Awal – awal ini saya sama Adit sering banget kepanasan karena AC kamar suhunya 27 derajat celcius dan angin level satu. Gerah, bok!

Sampai umur tiga bulan berat Ammar berhasil naik tiga kilo menjadi 5,1 kilogram. Wohoo! Kalau ditanya kok bisa yaa karena dikasih ASI aja. Selama awal menyusui saya banyak makan daging, tumis jantung pisang, daun katuk, dan bobba tea lol. Alhamdulillah sehat dan nggak ada penyakit yang berarti. Cuma waktu bulan ketiga sempat batuk grok – grok dan pilek sampai dua minggu yang akhirnya saya bawa ke dokter anak dan ujungnya disuruh terapi uap tiga hari berturut – turut.

Untuk vaksin, saya pernah diminta untuk bahas masalah vaksin. Sejujurnya vaksin yang dikasih ke Ammar sesuai anjuran IDAI aja kok selama ini, tapi boleh lah ya saya jabarin sebagai catatan perkembangannya.

Di bulan pertama, saat baru lahir dikasih Euvax B sebagai vaksin Hepatitis B dan Polio tetes yang bertujuan mencegah penyakit lumpuh layu. Seminggu setelahnya diberikan vaksin BCG untuk mencegah TBC.

Di bulan kedua ada 4 vaksin; Polio-2, Pentabio, Rotatix, dan Synflorix. Pentabio ini sudah mencakup vaksin Hib, DPT, dan Hepatitis B. Rotarix itu vaksin untuk mencegah diare dan Synflorix untuk mencegah penyakit pneumonia. Oh ya, untuk Pentabio ini bisa diganti pilihan dengan Infanrix. Infanrix ini katanya nggak bikin anak demam dan rewel. Cuma harganya emang jauh lebih mahal. Ya ada harga ada barang memang.

Pengalaman saya setelah suntik Pentabio, Ammar super rewel setelah vaksin dan saya yang baru jadi ibu panik sampai nangis. Gimana nggak nangis, bahkan untuk sekedar digendong aja Ammar teriak – teriak dong. Disitu saya baru ngerti setelah telepon dokter anak kalau Ammar sumeng dan ngerasa badannya pegal – pegal karena after effect disuntik Pentabio. Untungnya reaksi ini nggak lama, setelah saya kasih parasetamol Ammar sudah nggak rewel dan dua hari kemudian sudah ceria lagi.

Di bulan ketiga juga harus vaksin Hepatitis Combo yang isinya Pentabio lagi. Nah bulan ketiga saya sudah lebih pinter, setelah pulang vaksin Ammar agak demam jadi setiap 4 jam sekali Ammar saya kasih parasetamol. Blas nggak rewel sama sekali. Mama lega πŸ™‚

Kalau yang mau tahu lebih lengkapnya mengenai vaksin dan jadwalnya boleh cek di aplikasi Primaku dan buku kesehatan bayi juga.

Mengenai harga vaksin, tiap tempat biasanya beda – beda. Rumah sakit dan klinik pastinya lebih murah klinik, dong. Apalagi puskesmas malah beberapa vaksin gratis. Yang pasti, tiap tahun harga vaksin ada kenaikan.

Buat gambaran, di bawah ini saya lampirkan contoh harga vaksin dari Rumah Vaksin versi Januari 2019, yaa.

Daftar harga vaksin anak

AWAL SINDROM BABY BLUES

Karena kegiatan saya cuma seputar kamar di lantai atas dan di lantai bawah, otomatis saya nggak ada kerjaan lain dan efeknya saya jadi sensitif. Adit minta tolong ambilin kacamata jemur bayi saya kesel. Adit ngomong ‘wah kamu cepet banget, lho recovery nya beb udah lincah naik turun tangga’ terus saya jawab dengan “iya, biar bisa disuruh – suruh sama kamu”. Adit tidur beda kasur sama saya langsung saya bentak Ammar. Pokoknya apapun jadi terasa salah dan rasanya saya kayak terbebani. Disini, saya belum sadar kalau saya mengalami baby blues.

Apa itu baby blues

Sewaktu ‘jalan – jalan’ di rumah sakit inilah puncak baby blues saya. Saya ngambek dan nangis karena Adit sibuk menggendong Ammar padahal niatnya dia baik buat ngebantu saya. Gong nya waktu selesai ambil darah, Adit benerin bedongnya Ammar dan bedongannya Adit tuh rapi banget sampai menuai pujian dari petugas pengambilan sampel darah. Saya cemburu banget, dalam hati tuh bilang ‘gue kan emaknya, gue yang capek ngurusin kenapa cuma ngebedongin aja sampe dipuji gitu, sih?’. Setelahnya kami sampai berantem dan Adit juga bingung kenapa saya bertingkah kekanak – kanakan.

FYI, setelah melahirkan ini saya tinggal di rumah orangtua saya, yang mana tinggal seatap dengan Mami menjadi salah satu yang memperparah baby blues. Kenapa? Karena Mami dan saya tuh punya satu kesamaan; bicaranya blak – blakan. Bedanya, Mami adalah orang yang tidak open minded.

Ini bukan menjelek – jelekkan orang tua ya, tapi saya kasih satu contohnya aja deh.

Ammar kan prematur. Sewaktu tes darah kadar bilirubinnya normal, tapi kulitnya tetap terlihat kuning. Sering banget ada tetangga atau saudara yang berkunjung bilang anak saya kuning, nyaranin berjemur lah, ini itu bahkan ada yang ekstrim bilang gini “kalau musim ujan, yaa jemurnya agak naik – naik genteng sedikit, kek”. YA MENURUT NGANA?!

Ibu saya langsung terpengaruh nih sama mulut – mulut ini. Langsung deh nyerocos dengan petuah berawalan ‘makanya’ dilanjutkan dengan kalimat ini – itu yang mana akan saya bantah dan ujung – ujungnya saya ingat sekali adu bacot ini diakhiri ibu saya dengan kalimat ‘makanya lahirnya kurang bulan’.

Siapa sih yang nggak sedih? Siapa juga yang mau melahirkan secara prematur? Mungkin ada, seperti ibu – ibu yang mau anaknya lahir di tanggal cantik jadi bela – belain anaknya lahir prematur. Kalau saya sih ogah.

Sekali lagi, saya nggak bermaksud menjelek – jelekkan orang tua siapapun termasuk orang tua saya, tapi inti dari cerita saya barusan adalah baby blues itu kadang bisa terjadi karena faktor orang terdekat. Nggak harus mertua, tapi kadang orang tua sendiri pun bisa jadi penyebabnya.

(SEDIKIT) CIRI DAN TIPS MENGHADAPI BABY BLUES

Ngomong – ngomong, sampai sekarang walaupun banyak ibu – ibu yang canggih dan sudah membekali dirinya dengan pengetahuan tentang baby blues disaat hamil, masih banyak sekali yang belum sadar kalau dirinya terkena sindrom ini setelah melahirkan (salah satunya adalah saya). Boleh lah saya tulis disini beberapa ciri – cirinya :

  • Lelah. Rasanya seperti beban hidup kok berat sekali dan tidak ada yang bisa mengerti kita
  • Mudah tersinggung dan marah. Contohnya kayak saya itu, suami mau bantu malah dianggap nggak pengertian
  • Tiba – tiba menangis. Bisa karena merasa terkekang atau karena lelah

Itu cuma tiga contoh menurut pengalaman saya. Ciri lainnya bisa googling yah *padahal males*

Tapiii, solusi dari semua pertanda baby blues itu hanya 2; Istirahat dan Support Suami. That’s it!

Ya dong, baby blues itu kan faktor utamanya kelelahan. Lelah karena peran baru dan rutinitas baru yang bikin jam tidur kurang, atau karena badan rontok dan sering masuk angin karena tidur dengan sebelah bra yang terbuka. Cara satu – satunya ya istirahat. Pas anak tidur ya ikut tidur juga, atau kalau mau Me Time juga boleh yang penting jangan lupa kebutuhan anak di rumah lengkap sebelum dititipkan.

Untuk para suami juga jangan lupa, bikinnya berdua ya ngurusnya juga berdua. Jangan jadikan ‘capek karena sudah seharian bekerja ditambah pulang kena macet’ jadi alasan. Sini berantem sama saya yang berani bilang gitu. Sesungguhnya mengurus rumah dan anak itu lebih capek, sok cobain tinggal di rumah sama anak sehari. Paling juga belum setengah hari udah pada ngibarin bendera putih.

Wk nulisnya saya emosi banget karena keinget kejadian ibu bunuh anak yang kelelahan dan suaminya marah dimintain jaga anak.

Eh, ini kira – kira saya nulis begini ada Pak Suami selain Adit yang baca blog saya nggak, ya?

Intinya, untuk para Pak Suami yang istrinya baru melahirkan, jangan balik marah kalau istri tiba – tiba nangis atau ngamuk – ngamuk. Cukup diam dulu lalu kalau istri sudah tenang berikan pelukan. Biasanya dengan perlakuan kayak gini aja istri udah seneng. Eh tapi habis itu gantian dong jagain anaknya *tetep*

Cerita prematur ini akan bersambung lagi dan mungkin akan sampai part 5. Maafkan kalau banyak yaa huhu. Next part, saya akan cerita tentang perkembangan di usia 4 – 6 bulan, Ammar yang harus MPASI dini, dan saya yang galau kembali cuti melahirkan ditambah ditinggal suami dinas selama sebulan lebih.

Terima kasih sudah membaca πŸ™‚

7 thoughts on “Premature Story #3; Perkembangan Awal Bayi dan Cerita Baby Blues”

  1. Wah nice story mba emosinya dapet hehe, semangat ya mba, btw saya jg ngerasain yg soal ibu hehehehhh tipe ibu jaman dulu ya konservatif bgt πŸ™ˆ saya msh tinggal sm ortu jg karena sm suami ldr jdnya kenyang bgt ini denger makanya, loh ko jd saya yg curhat, pkonya ttp semangat mba!

    Like

  2. kak Ayu sepertinya masih menyimpan emosi saat menulis, soalnya aku yang baca aja berasa gregetannya gitu wkwk.
    udah mana lagi lelah, ditambah omongan-omongan seperti itu, gimana nggak emosi ya. apalagi suruh naik-naik ke genteng buat jemur. kalau sekarang dibaca sih kocak ya, kalau dulu dijalanin mah emosi sangat ya kak huahaha.
    bersyukurlah semua ini udah berlalu! semoga kak Ayu nggak kapok #lho

    Like

    1. Ih iyaa, suka sebel banget ya sama orang yg suka judging ibu – ibu baru dan suami yg nggak mau bantu.
      Hmm kapok punya anak? Kadang sih tetep pengen nambah lagi tapi kadang suka bilang β€˜omg enough!’ Haha

      Like

  3. Ah iya, baby blues ini emang sering banget engga terasa dan engga disadari ya, kak. Tapi, suka bikin kita jadi aneh. Dan tambah aneh lagi, lingkungan terdekat kita pun suka engga sadar juga. Meski mereka pun membekali diri dengan info mengenai baby blues ini.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s