Tentang Mencintai Diri dan Menerimanya

Diawali dengan beberapa malam yang lalu scroll instastory dan menclok di story milik Mbak Cellini yang lagi ngomongin self acceptance.

Gambar dari sini

Sekarang kayaknya lagi marak, ya campaign dan reminder yang notabene-nya berbunyi menerima diri sendiri, mencintai diri sendiri dulu supaya nggak terlalu sering membandingkan dengan orang lain, legowo dan bersyukur sama apa yang dimiliki, and so on so forth.

Membaca postingan instastory malam itu bikin saya jadi ingat kejadian hampir setahun yang lalu saat saya memergoki beberapa orang yang mencap saya dengan toxic. Kaget, karena satu circle ini – termasuk saya, bisa dibilang cukup dekat daripada sebatas teman atau kolega biasa.

Saya yang pada dasarnya punya bakat temperamental langsung mendidih dengernya. Terus overthinking, nanyain diri sendiri apa saya ada salah? Padahal saat itu saya udah lama banget nggak ketemu sama mereka – mereka ini. Ada kepikiran untuk bertanya langsung tapiiiii.. Lama – lama mikir buat apa juga gitu, kan?

Eeh, emang mungkin Tuhan sayang sama umatnya terus tiba – tiba saya menemukan quotes ini :

You can’t please everyone. Bisa gila sendiri kalau terus – terusan mikir buat bikin orang lain senang sama kita. Bisa stress dan akhirnya malah nggak bisa fokus sama hal – hal yang lebih penting dalam hidup. Apalagi saat itu saya baru punya Ammar yang lebih membutuhkan perhatian saya.

Semakin kesini akhirnya semakin bisa belajar untuk tidak memperdulikan tanggapan orang lain. Tiap orang bebas menyukai dan membenci tapi nggak perlu lah dipusingkan apalagi malah jadi beban yang memicu stress.

Semakin kesini makin santai menerima penilaian negatif dari orang. Hey, we can’t control what people think about us, right? Mungkin mereka punya masalah dengan sikap dan sifat kita yang mana sebetulnya nggak mengganggu kehidupan mereka but that’s their problem, not us.

Sekarang cukup fokus dengan orang – orang yang benar – benar butuh dan mencintai saya. Terutama fokus dengan diri saya sendiri. Mencintai diri sendiri, menerima diri sendiri yang akhirnya menaikkan value dari kita sendiri.

Hahaha, duh ini jadi curhat ngalor ngidul deh. But it’s my blog, buat reminder saya suatu saat kalau lagi ngerasa inferior atau overthinking πŸ˜€

Jadi, yuk tutup kuping kanan – kiri supaya lebih cinta sama diri kita sendiri! πŸ™‚

4 thoughts on “Tentang Mencintai Diri dan Menerimanya”

  1. Setujuuuu :). Aku udh lama stop berusaha utk menyenangkan orang lain. Ga ada guna. Yg ada kitanya malah jd kepikiran stiap abis ngelakuin sesuatu. Kayak ga bisa maksimal, cuma gara2 takut ga sesuai dengan tanggapan org.

    Yg ptg buatku skr, aku ga ngelakuin sesuatu yg mencelakakan, menghina ato merugikan org lain. Masalah mereka suka ato ga,terserah aja :D. Yakalii org yg kita hadapin cuma dia dia aja :p. Bagusan mikirin udh nyenengin anak dan suami ato blm sih πŸ˜€

    Like

  2. Aku merasakan bahwa semakin kita dewasa, kita juga udah lebih percaya diri dengan apa adanya kita. Bodo amat lah orang bilang apa, hehehe. Kita udah melewati yang namanya peer pressure, atau sekadar ikut2an karena ingin disukai atau menjadi bagian dari sebuah kelompok.
    Yang penting mah gak ngerugiin orang lain. Gas war lah kita mau ngerjaian apa atau mau ngapain. Pendapat yang paling penting untuk di dengar ya orang2 penting di sekitar yang sungguhan sayang sama kita. Yang lain? Senyumin aja deh 🀠

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s