
Hola!
Udah waktunya nih saya lanjutin cerita mengenai perjalanan ke Jepang beberapa waktu yang lalu (padahal udah agak lama). Untuk yang baru pertama kali mengunjungi blog saya, boleh lho baca dulu bagian pertamanya
Baca :
Setelah sehari sebelumnya rempong banget dan akhirnya sedari sore nggak kemana – mana kecuali cuci mata di Familymart di depan apartemen, saya bangun dengan excited pagi itu. Alhamdulillah juga saya nurut saran Adit untuk stay di apartemen aja, kita semua masih sehat dan siap untuk jalan – jalan deh hari ini.
Hari ini agenda saya keliling Tokyo Barat, yaitu sekitaran Shibuya – Shinjuku – Omotesando – Harajuku. Daerah ini kebetulan satu arah semua jadi lumayan mudah untuk disusuri. Anyway, dari awal saya buat itinerary itu saya selalu pasang low expectation karena kami bawa bayi 10 bulan plus strollernya yang pastinya bakalan menguras tenaga lebih.
Setelah sarapan dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal, kami keluar kamar jam sembilan. Pertama kami naik kereta dari Akasaka ke Shinjuku yang berhenti persis di depan Takeshita Dori. Nggak begitu jauh ternyata, hanya 15 menit. Jadi rencananya saya mau menyusuri sepanjang Takeshita Dori ini yang nanti ujungnya bakal berakhir di Shibuya buat foto – foto di Hachiko Statue. Sengaja buat plan begitu karena seingat saya yang pernah kesana di tahun 2016 di Shibuya Station itu nggak ada lift. Saya kan bawa stroller, jadi naik tangga adalah pilihan yang jelas akan kami coret.
Sepanjang sisi kanan dan kiri Takeshita Dori adalah pertokoan yang kebanyakan menjual pakaian cosplay anime dan juga beberapa stall makanan. Ada juga Daiso yang cukup besar. Tadinya saya mau menyempatkan untuk purikura, yaitu fotobox yang biasanya dilakukan oleh para Gyaru (hayo yang seangkatan saya dan baca komik Gals pasti familiar nih sama istilah ini). Sayangnya Adit emoh saya tarik buat purikura dan malah cuek jalan lurus. Manyun deh saya 😦


Eh tapi manyunnya nggak lama, soalnya excited waktu sampai di depan stall crepes dan Xing Fu Tang. Saat itu di Jakarta juga baru muncul Xing Fu Tang dan saya belum sempat nyobain karena antrinya bisa sampe satu jam lebih. Nah pas banget di Shinjuku kalau mau beli Xing Fu Tang nggak pake antri jadi saya girang banget. Maafkan diriku yang norak.


Lanjut jalan dan setelah dari Takeshita Dori saya lihat Line Cafe. Wah kesempatan buat mampir dan foto sama boneka Brown yang super gede karena tiga tahun lalu waktu ke Tokyo dan Hongkong saya nggak sempat foto.

Selanjutnya kita jalan kaki dari Shinjuku ke Shibuya. Dulu waktu saya ke Tokyo berdua bareng teman saya kok rasanya apa – apa dekat dan cepat. Eh pas pergi bawa anak semuanya terasa lamaaa dan jauuhh. Sempat mampir – mampir dulu ke beberapa toko dan makan siang, akhirnya setelah satu jam jalan kaki kami sampai juga di Shibuya.
Pas di Shibuya, langsung saya menuju Hachiko Statue tapi ternyata saya baru tau kalau siang hari antrian turis yang mau berfotonya dahsyat. Dulu saya foto sama Hachiko pagi – pagi jam delapan. Nggak sanggup, deh. Eh terus saya lihat sekarang di kanan dan kiri jalan sudah terpasang lift. Lha, tau gitu kan saya mendingan langsung kesini tadi pagi -,- Baru inget saya Jepang kan pembangunannya serba cepat.
Moral of the story : Jangan sotoy, makanya nanya!
Akhirnya Adit mutusin buat besok pagi aja balik lagi ke Shibuya. “Nggak afdhol kalau sudah ke Tokyo tapi belum foto di patung anjing”. Oke, bos!
Di Shibuya kami menyempatkan dulu buat mampir ke Lush dan L’occitane sebelum kembali pulang melewati Omotesando. Pas banget kami lihat rombongan Mario Kart yang melintas di jalan raya. Saya dan Adit tentu tidak melewatkan momen tersebut untuk foto – foto. Saya pun excited nunjukkin ke Ammar tapi dasar anaknya belum ngerti jadinya anteng – anteng aja.

Sesampainya di Omotesando, tempat tujuan saya hanya dua; Kiddyland dan Dominique Ansel Bakery. Sebagai pecinta Sailormoon tentu saya nggak melewatkan belanja pernak – pernik Sailormoon. Ammar juga beli kok tapi beli miniatur mobil gitu.
Setelah dari Kiddyland, kami jalan lagi mencari Dominique Ansel dengan Google Maps. Tiba – tiba ada sebuah toko dessert dan Adit ngajak mampir dulu, nama tokonya Michalak. Ternyata Michalak ini adalah pastry store milik seorang chef bernama Cristophe Michalak yang berkebangsaan Perancis. Kami mencoba beberapa cake yang saya lupa namanya dan rasanya lumayan enak.

Dari sana kami lanjut jalan lagi tapi herannya sudah tiga kali kami bolak – balik kok toko nya nggak ada. Perasaan sudah sampai di titik yang benar tapi kok malah yang keliatan Louis Vuitton. Karena sudah gelap akhirnya saya masuk dan bertanya ke salah satu Sales Assistant. Eng ing eng, ternyata Dominique Ansel Bakery-nya sudah tutup sebulan yang lalu dan diganti dengan Louis Vuitton. Pantesan kok dari tadi nggak nemu – nemu -__-
Akhirnya dari situ kami memutuskan untuk pulang karena sudah jam enam dan sudah gelap juga karena mulai masuk winter. Ammar dan Adit juga sudah kelihatan capek banget dan sudah kumat bersin – bersin lagi.
Bisous,
A
[…] Baca Selengkapnya […]
LikeLike
Shibuya kalau terang beda banget yaa suasananya. Kebetulan pas ke sana aku selalu pergi sore menjelang malam. Aku ke sana tahun 2015, kayaknya sekarang banyak yang berubah kali ya. Sampai ada lift segala, ini memudahkan banget yaa yang bawa anak-anak dengan stroller.
Aku belum pernah traveling ke luar negeri bareng anakku, tapi setujuuu dengan tips low expectation itu kalau bawa anak kecil. Mau nggak mau harus mengikuti timing-nya mereka.
Btw, aku penasaran, ini kan berangkat waktu Ammar masih 10 bulan ya? MPASI nya gimana tuh, Mba, selama di Jepang? Bebikinan dulu kah di apartemen? Atau mix instan juga?
LikeLike
wah jadi pingin jalan2
LikeLike